You in here

Sabtu, 21 Januari 2012

Berpelukan Itu Penting, dan Menyehatkan!


Sebuah hasil riset yang dilakukan kepada 4.000 pasangan di Amerika menemukan bahwa pasangan yang menyatakan mereka "sangat bahagia dalam hubungan dengan pasangannya" berpelukan sedikitnya empat kali sehari. 

Studi lain juga menunjukkan adanya korelasi langsung antara sentuhan dan kesehatan fisik manusia. Bayi-bayi yang tidak menerima cukup sentuhan kasih sayang seperti mereka yang berada di panti asuhan umumnya lebih rentan dengan penyakit baik itu secara fisik ataupun mental, dan beberapa bahkan berakibat pada kematian. Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup sentuhan saat tumbuh dewasa bisa berkembang menjadi agresif atau anti-sosial. Lalu, orang lanjut usia yang tidak mendapatkan sentuhan serta perhatian juga akan merasa sendirian dan menderita, sehingga menjadi lebih rentan dengan kepikunan.


Mengapa bisa demikian? Karena kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri dan tanpa kasih sayang. Sentuhan menyebabkan tubuh kita memproduksi hormon oksitosin yang memberikan satu perasaan yang membuat kita senang dan bahagia. Saat tubuh kita bahagia, daya tahan tubuh akan menjadi lebih kuat. Oksitosin adalah hormon yang dibuat secara alami dalam tubuh, baik pada pria dan wanita, dan hormon ini berpengaruh dengan seks, ketertarikan seksual, kepercayaan, dan keyakinan. Selain itu, saat tubuh memproduksi oksitosin, kita jadi berkeinginan untuk menyentuh dan disentuh sehingga kegiatan saling menyayangi dengan sentuhan akan membuat kedua pasangan melepaskan hormon oksitosin secara bersamaan yang menciptakan satu bentuk ikatan di antara mereka.

Selain itu, Secara psikologis berpelukan adalah mendapatkan dukungan dari orang lain, mendatangkan kekuatan jika sedang dalam keadaan sedih, disisi lain juga bisa meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Dengan dipeluk kita merasa lebih nyaman. Secaraneurotransmitter saat tubuh merasakan sentuhan, neurotransmitter akan mengirimkan hormon endorphine dalam darah, hormon ini adalah hormon yang berperan memberikan rasa nyaman. Endorphine adalah neurotransmitter yang membantu tubuh dalam menangani rasa sakit, stres dan masalah emosional. Endorphine bertanggung jawab untuk memberikan rasa senang.

Oleh sebab itu, tampaknya pelukan dan belaian kasih sayang memiliki dampak besar tidak hanya pada kesehatan tubuh kita secara jasmani, tetapi juga kesehatan hubungan dengan pasangan.



sumber:
Yahoo!

Sabtu, 07 Januari 2012

INDUSTRI SEMEN


I. Pendahuluan
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita legenda tersebut menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Gambar 1. Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.

II.      Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, membuat beton, dll.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam  yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.

III.    Bahan Baku Pembuatan Semen
1.        Batu kapur
·      Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
·      Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2.        Tanah Liat, mengandung senyawa Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
a.    Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat.
b.    Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya:
·      Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
·      Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
·      Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite)
3.        Pasir Besi dan Pasir Silikat
·      Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix)
·      Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan semen
·      Pasir Silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2
·      Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix
4.        Gypsum (CaSO4. 2H2O)
·      Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.
·      Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder.


IV.    Produksi Semen
Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
  1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
  2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali.
  3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
  4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
  5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
  6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

Gambar 2. Proses pembuatan semen.

Semen dapat dibuat dengan 2 cara :
         Proses Basah
         Proses Kering
            Perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi.

  
Tabel 1. Perbedaan Proses Pembuatan Semen dengan Proses Basah dan Proses Kering
No
Proses
Penggilingan
Homogenisasi
1.
Basah
Penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan menambahkan sejumlah air kemudian dihasilkan slurry dengan kadar air 34-38 %.Material-material ditambah air diumpankan ke dalam raw mill. Karena adanya putaran, material akan bergerak dari satu kamar ke kamar berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan kamar 2/3 terjadi gesekan sehingga campuran bahan mentah menjadi slurry.
Slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dilairkan ke tabung koreksi; proses pengoreksian
2.
Kering
Terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Drying Chamber, Compt 1, dan Compt 2. Material-material dimasukkan bersamaan dengan dialirkannnya gas panas yang berasal dari suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering terdapat filter yang berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan material sehingga gas panas dan material berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi dapat tercapai. Terjadi pemisahan material kasar dan halus dalam separator.
Terjadi di blending silo dengan sistem aliran corong

Keuntungan dan kerugian proses basah :
1.      keuntungan
·         Kadar alkalisis,klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran material masuk kiln.
·         Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah untuk mencampur dan mengoreksinya.
·         Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa larutan.
·         Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses.
2.      Kerugian
  • Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi
  • Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi bahan bakar lebih banyak
  • Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
Keuntungan dan kerugian proses kering :
1.      Keuntungan
  • Kiln yang digunakan relatif pendek
  • Kebutuhan panas lebih rendah
2.      Kerugian
  • Rata-rata kapasitas kiln lebih besar
  • Fluktuasi kadar air menganggu operasi, karena materail lengket di inlet kiln
  • Terjadipenebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln.

V.      Jenis Semen
1.      Semen abu atau semen portland: adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/ gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu:
a.  Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
b.  Semen Portland Type II (Moderate Heat Semen)
c. Semen Portland Type III (High Early Strength Cement)
d. Semen Portland Type IV (Low Heat Cement)
e. Semen Portland Type V (Sulfate Resistance Cement)
2.      semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3.      oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4.      mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
5.      Masonry Cement Type M,S,N
Semen ini digunakan untuk plesteran, pemasangan bata, dan keramik.

Tabel 2. Jenis-jenis semen menurut SNI
No. SNI
Nama
SNI 15-0129-2004
Semen portland putih
SNI 15-0302-2004
Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
SNI 15-2049-2004
Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004
Semen portland campur
SNI 15-3758-2004
Semen masonry
SNI 15-7064-2004
Semen portland komposit

Kualitas di Pasaran
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.

Industri yang terkait
2.       PT. Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)
5.       PT. Semen Bosowa (Semen Bosowa)
6.       PT. Semen Andalas (Semen Andalas)
7.       PT. Holcim Indonesia
8.       PT. Semen Tonasa (Semen Tonasa)
  1. PT. Semen Kupang (Semen Kupang)

VI.   Kesimpulan
  • Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, membuat beton, dll.
  • Komposisi: Batu kapur, Tanah liat, Pasir besi, Pasir silica dan Gypsum.
  • Proses pembuatan semen ada 2 yaitu proses basah dan kering.
  • Jenis-jenis semen: Semen Putih, Semen Portland, OWC, MSN dan Mixed.



SINTESIS NATRIUM TIOSULFAT


I.                   Tujuan
·         Mempelajari sintesis natrium tiosulfat
·         Mengetahui rendemen hasil percobaan

II.                Teori
Pembuatan natrium tiosulfat berdasarkan reaks oksidasi dan reduksi antara natrium sulfit dengan serbuk belerang. Bila belerang ditambahkan berlebihan maka emua natrium sulfit akan berubah menjadi natrium tiosulfat.

III.             Alat dan Bahan
Alat

·         Labu bulat 250 ml
·         Kondensor
·         Oven
·         Penanggas air
·         Neraca analitik
·         Tabung reaksi
·         Gelas piala 50 ml
·         Gelas ukur 10 ml
·         Pipet gondok 5 ml
·         Hot Plate


Bahan

·         5 g Na2SO3.7H2O
·         5 g serbuk belerang
·         5 ml etanol
·         2 ml HCl 1 N


V.                Hasil Pengamatan
Berat kertas saring + kristal = 7 g
Berat kertas saring = 1,54 g
Berat kristal = 5,46 g
                        Massa kristal teoritis:
      Mol Na2SO3.7H2O = gram/Mr  =  5 gram/252 = 0,0198 mol
      Mol S              = gram/Mr  =  5 gram/32 = 0,156 mol

      Na2SO3         +         S          →        Na2S2O3
M      0,0198 mol           0,156 mol
R       0,0198 mol           0,0198 mol            0,0198 mol
S             -                     0,1362 mol             0,0198 mol
      Massa Na2S2O3              =  mol x Mr
                                =  0,0198 mol  x  158 gram/mol
                                            =  3,13 gram
      % rendemen    = (5,46 gram / 3,13 gram) x 100%
                              = 174,4 %

VI.             Pembahasan
      Pada percobaan ini, praktikan mensintesis natrium tiosulfat dimana natrium tiosulfat ini dihasilkan dengan mereaksikan Natrium sulfit berhidrat (Na2SO3.7H2O) dengan belerang. Sintesis ini dilakukan berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi antara natrium sulfit dengan serbuk belerang.
Percobaan ini diawali dengan merefluks natrium sulfit dan belerang dalam sebuah labu alas bulat, tujuan dari refluks ini yakni untuk mempercepat terjadinya reaksi dan reaksi yang terjadi dapat maksimal (sempurna), artinya tidak ada volume yang berkurang pada saat pemanasan. Sebelum dimasukkan dalam labu refluks serbuk belerang dibuat pasta terlebih dahulu menggunakan etanol, ini bertujuan agar serbuk belerang tidak mengapung jika dimasukkan ke dalam labu refluks dan agar dapat larut sempurna. Kemudian ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan yang besar pada saat pemanasan. Hasilnya disaring untuk memisahkan belerang yang berlebih dan filtratnya dipanaskan hingga volumenya menyusut dari volume awalnya dan menjadi lebih pekat, kemudian didinginkan untuk mendapatkan kristal Natrium tiosulfat. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Na2SO3 + S → Na2S2O3
Dari percobaan ini diperoleh berat endapan sebesar 5,46 gram, sedangkan secara teoritis endapan yang seharusnya dihasilkan dari reaksi tersebut adalah 3,13 gram, sehingga % rendemen yang dihasilkan sebesar 174,4 %. Kesalahan terjadi kemungkinan karena endapan yang terbentuk belum murni hanya endapan natrium tiosulfat, mungkin saat direfluks campuran belum begitu homogen.
Natrium tiosulfat ini banyak digunakan dalam fotografi dan digunakan untuk melarutkan perak yang tidak reaktif dari emulsi dengan pembentukan kompleks [Ag(S2O3)] dan [Ag(S2O3)2]3-, sehingga natrium tiosulfat ini diproduksi dalam jumlah banyak di pabrik-pabrik

VII.          Kesimpulan

·            Sintesis natrium tiosulfat dilalukan berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi antara natrium sulfit dengan serbuk belerang.
·            Kristal natrium tiosulfat yang didapat dari percobaan sebesar 5,46 gram sedangkan secara teoritis sebesar 3,13 gram.
·            Rendemen yang didapat sebesar 174,4% dikarenakan kristal belum murni.

VIII.       Daftar Pustaka
Chalid, Sri Yadial. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press
http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/      

IX.             Pertanyaan
1.      Tulis persamaan reaksi pada pembentukan Na2S2O3!
2.      Jelaskan faktoryang mempengaruhi laju penguraian Na2S2O3!
3.      Apa beda tiosulfat dengan tiosulfit?
4.      Kenapa belerang dibuat pasta dengan cara penambahan etanol bukan air?

Jawaban
1.      Na2SO3 + S → Na2S2O3
2.      a. oksidasi tio oleh oksigen dari udara dan pelarut
                  2 Na2S2O3 + O2 → 2Na2SO4 + S↓
b. penguraian oleh bakteri thiococus
c. penguraian oleh CO2 terlarut
                  Na2S2O3 + H2CO3 → NaHCO3 + NaHSO3 + S↓
3.       Tiosulfat :
a.    Ionnya S2O3-2
b.   Merupakan oxianion dari sulfur
c.    Hanya stabil dalam larutan netral atau alkali, tetapi tidak dalam larutan asam, karena dekomposisi sulfit dan sulfur, sulfit aka terdehidrasi menjadi SO2.
d.   Garamnya dapat membentuk garam 5-hidrat (Na2S2O3.5H2O)
e.    Tiosulfat digunakan dalam pengekalan gambar (HYPO) yaitu sebagai agen penurunan.
Tiosulfit :
a.    Ionnya S2O3-2
b.   Terkadang dirujuk atau disamakan dengan tiosulfat
c.    Garamnya membentuk garam anhidrat (Na2S2O3)
4.      Karena serbuk belerang lebih larut dalam etanol (alkohol) dibandingkan dalam air karena sifat kepolarannya.