You in here

Selasa, 20 Januari 2015

Kemangi (Ocimum basilicum L.)

2.1         Tumbuhan Kemangi

 Kemangi adalah salah satu dari banyaknya keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional. Kemangi merupakan anggota famili Lamiaceae yang berarti kelompok tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah Ocimum yang berarti tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya. Kemangi yang ada di Indonesia dikelompokkan ke dalam kelompok basil semak (bush basil) karena tumbuhnya menyemak (Heyne, 1987). Bentuk tanaman kemangi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a) Biji Kemangi, (b) Tanaman Kemangi
                                            (Dokumen Pribadi, 2013)

Tanaman kemangi memiliki rasa yang lebih tajam dan lebih pedas daripada Ocimum lainnya serta menyerupai rasa kulit jeruk. Tanaman ini merupakan sayuran yang lazim digunakan oleh masyarakat Jawa dan Bali bila dibandingkan dengan sayuran lain. Budidaya kemangi di Jawa tidak dilakukan dengan baik, bahkan tumbuh secara liar. Kemangi dibiakkan dengan biji karena dengan stek hasilnya kurang baik (Heyne, 1987).
2.1.1   Taksonomi Kemangi
Menurut Pitojo (1996), sistematika kemangi adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Spermatophyta
Kelas          : Dicotyledonae
Ordo           : Amaranthaceae
Famili         : Lamiaceae
Genus         : Ocimum
Spesies       : Ocimum basilicum L.
2.1.2   Nama Daerah
Kemangi memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap daerah di Indonesia dan juga di beberapa negara lain. Kemangi disebut juga tulsi, tulasi, holy basil, sacred basil, shrubby basil, dan sweet basil (WHO, 2002). Kemangi di Indonesia dikenal dengan berbagai nama, yaitu lampes atau surawung di Sunda, kemangi atau kemangen di Jawa, kemanghi di Madura, uku-uku di Bali, dan lufe-lufe di Ternate. Sedangkan di Negara lain kemangi dikenal dengan nama selasih di Malaysia, manglak di Thailand dan basil di Negara-negara Eropa (Heyne, 1987).
2.1.3   Penyebaran Kemangi
Kemangi tidak hanya tumbuh di Indonesia tetapi juga di India, Taiwan, Cina, dan Asia Tenggara (WHO, 2002). Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropis. Kemangi ditanam di ladang, di sela-sela tanaman pekarangan, pada tepi-tepi sawah, dan juga di halaman rumah. Selain itu, dapat ditemukan di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas permukaan laut (Heyne, 1987).
2.1.4   Morfologi Kemangi
Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi 0,3 hingga 1,0 meter. Daunnya berwarna hijau, berbau harum, dan berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5 cm x 1-2,5 cm. Bagian tangkai daun mempunyai panjang 2,5 cm (Siemonsma dan Piluek, 1994). Daun kemangi berbentuk tunggal, tangkai daun sebesar 0,25-3 cm, dan tepi daun bergerigi. Kemangi memiliki bunga yang susunannya majemuk, dan memiliki 5 kelopak yang berbentuk bibir. Biji kemangi bertipe keras, berwarna coklat tua, dan ketika dibasahi segera membengkak (Sudarsono et al., 2002).

Sumber :
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
Pitojo, S. 1996. Kemangi dan Selasih. Penerbit Trubus Agriwidya, Ungaran.
Siemonsma, J.S. dan K. Piluek. 1994. PROSEA: Vegetabels. Prosea, Bogor.
Sudarsono, G.D., S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan obat II  (hasil penelitian, sifat-sifat, dan penggunaannya). Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
WHO. 2002. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants Volume 2. Geneva: World Health Organization.

Kamis, 15 Januari 2015

Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Senyawa Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol Biji Kemangi (Ocimum basilicum L.)

ABSTRAK

Chitta Putri Noviani. Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Senyawa Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol Biji Kemangi (Ocimum basilicum L.) dibawah bimbingan Dede Sukandar dan Sandra Hermanto.

Pengujian aktivitas antioksidan dan karakterisasi senyawa hasil fraksinasi ekstrak etanol biji kemangi (Ocimum basilicum L.) telah dilakukan. Isolasi senyawa aktif antioksidan dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol, dan fraksinasi dengan KLT yang dilanjutkan dengan kromatografi kolom, uji antioksidan menggunakan metode DPPH, dan karakterisasi senyawa antioksidan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan GCMS. Hasil fraksinasi ekstrak etanol biji kemangi menggunakan n-heksan, etil asetat, n-butanol dan metanol-air menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi (IC50 = 41,83±2,35 ppm). Hasil kromatografi kolom ekstrak n-butanol dengan fase gerak n-heksan : etil asetat (1 : 9) menghasilkan fraksi 4 (isolat F4) mempunyai noda dominan yang aktif antioksidan setelah disemprot pereaksi DPPH dan diuji aktivitasnya (IC50 = 37,71±1,45 ppm & total fenolik = 0,003±0,0003 mg/g). Hasil analisis UV-Vis menunjukkan adanya gugus kromofor C=O karbonil ( 281,04 nm) dan analisis FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi O-H (u3388,93 cm-1), C-H (u2945,90 cm-1, 2834,73 cm-1, dan 1450,20 cm-1), C=O (u 1707,32 cm-1), C=C (u 1655,04 cm-1), dan C-O (u 1116,12 ; 1032,13 cm-1). Berdasarkan data UV-Vis dan FTIR, senyawa hasil GCMS yang diduga aktif antioksidan, yaitu2,4-di-tert-butil-fenol, metil heksadekanoat, mono(2-etilheksil) ftalat dan skualena.


Kata kunci:    Biji Kemangi (Ocimum basilicum), Ekstrak Etanol, Antioksidan, DPPH, Fenolik.