You in here

Jumat, 08 Juni 2012

Stunex



Stuxnet merupakan cacing komputer yang diketahui keberadaannya di bulan Juli 2010Perangkat perusak ini memiliki sasaran peranti lunak Siemens dan perangkat yang berjalan dalam sistem operasi Microsoft Windows. Ini bukan pertama kalinya cracker menargetkan sistem industri. Namun, ini adalah perangkat perusak pertama yang ditemukan mengintai dan mengganggu sistem industri, dan yang pertama menyertakan rootkit programmable logic controller (PLC). Selain memiliki kode yang terbilang canggih, Stunex juga diperkirakan telah menghabiskan dana yang besar untuk pembuatannya, mungkin jutaan dolar.

Cacing ini awalnya menyebar secara membabi buta, namun memuat muatan perangkat perusak yang sangat khusus yang dirancang hanya mengincar sistem Kontrol Pengawas Dan Akuisisi Data Siemens (SCADA, Siemens Supervisory Control And Data Acquisition) yang diatur untuk mengendalikan dan memantau proses industri tertentu. SCADA digunakan untuk mengendalikan sistem pipa, pembangkit listrik tenaga nuklir dan perangkat manufaktur lainnya di Iran. Stuxnet menginfeksi PLC dengan mengubah aplikasi perangkat lunak Step-7 yang digunakan untuk memprogram ulang perangkat tersebut.

Stuxnet menjadi terkenal karena menjadi bukti pertama adanya serangan yang sangat spesifik alias targetted attack. Beberapa perangkat sentrifusa pengayaan uranium, yang dibutuhkan dalam menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir tertentu di Iran, dikatakan telah mengalami kerusakan akibat Stuxnet. Symantec mencatat pada Agustus 2010 bahwa 60% dari komputer yang terinfeksi di seluruh dunia berada di Iran. Siemens menyatakan pada 29 November cacing tidak menyebabkan kerusakan pada pelanggan, kecuali program nuklir Iran, yang menggunakan peralatan terembargo Siemens yang diperoleh secara rahasia, telah mengalami kerusakan karena Stuxnet. Perusahaan keamanan komputer Rusia Kaspersky Lab menyimpulkan bahwa serangan canggih tersebut bisa dilakukan "dengan dukungan negara" dan telah diduga bahwa Israel dan Amerika Serikat mungkin telah terlibat.

Bagaimana Stuxnet Bekerja?
- Virus itu adalah perangkat lunak berbahaya, atau malware, yang umumnya menyerang sistem kontrol industri yang dibuat oleh perusahaan Jerman, Siemens. Para ahli mengatakan virus tersebut dapat digunakan untuk mata-mata atau sabotase. - Siemens mengatakan malware menyebar melalui perangkat memori USB thumb drive yang terinfeksi, memanfaatkan kerentanan dalam sistem operasi Windows Microsoft Corp. - Program serangan perangkat lunak Malware melalui Sistem Supervisory Control and Data Acquisition, atau SCADA. Sistem itu digunakan untuk memonitor pembangkit listrik secara otomatis - dari fasilitas makanannya dan kimia untuk pembangkit listrik. - Analis mengatakan para penyerang akan menyebarkan Stuxnet melalui thumb drive karena banyak sistem SCADA tidak terhubung ke Internet, tetapi memiliki port USB. - Sekali saja worm menginfeksi sebuah sistem, dengan cepat dan membentuk komunikasi dengan komputer server penyerang sehingga dapat digunakan untuk mencuri data perusahaan atau mengendalikan sistem SCADA, kata Randy Abrams, seorang peneliti dengan ESET, sebuah perusahaan keamanan swasta yang telah mempelajari Stuxnet.

Siapa Penciptanya?
- Siemens, Microsoft dan para ahli keamanan telah mempelajari worm dan belum menentukan siapa yang membuatnya. - Mikka Hypponen, seorang kepala penelitian pada perusahaan perangkat lunak keamanan F-Secure di Finlandia percaya itu adalah serangan yang disponsori oleh suatu negara. Stuxnet sangat kompleks dan "jelas dilakukan oleh kelompok dengan dukungan teknologi dan keuangan yang serius." - Ralph Langner, ahli cyber Jerman mengatakan serangan dilakukan oleh pakar yang berkualifikasi tinggi, mungkin negara bangsa. "Ini bukan peretas yang duduk di ruang bawah rumah orang tuanya. Pada website-nya, www.langner.com /en/index.htm, Langner mengatakan penyelidikan akhirnya "fokus" pada penyerang. "Para penyerang harus tahu ini. Kesimpulan saya adalah, mereka tidak peduli, mereka tidak takut masuk penjara."

Di Mana Disebarkan?
Sebuah studi tentang penyebaran Stuxnet oleh teknologi perusahaan AS Symnatec menunjukkan bahwa negara-negara yang terkena dampak utama pada 6 Agustus adalah Iran dengan 62.867 komputer yang terinfeksi, Indonesia dengan 13.336, India dengan 6.552, Amerika Serikat dengan 2913, Australia dengan 2.436, Inggris dengan 1.038, Malaysia dengann 1.013 dan Pakistan dengan 993. Laporan ini terus berubah seiring penyebarannya.

Laporan Pertama
- Perusahaan Belarusia Virusblokada adalah yang pertama mengidentifikasi virus itu pada pertengahan Juni. Direktur Komersial, Gennady Reznikov kepada Reuters perusahaan memiliki dealer di Iran, dan salah satu klien dealer komputernya sudah terinfeksi virus yang ternyata Stuxnet. Reznikov mengatakan Virusblokada sendiri sudah tidak ada hubungannya dengan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr. - Menurut juru bicara Siemens, Michael Krampe, Siemens telah mengidentifikasi 15 pelanggan yang menemukan Stuxnet pada sistem mereka, dan "masing-masing mampu mendeteksi dan menghapus virus tanpa membahayakan operasi mereka."

Beberapa Artikel yang Terkait

NEW YORK, KOMPAS.com- Presiden Amerika Serikat Barack Obama berada di belakang serangan virus Stuxnet terhadap fasilitas pengayaan uranium milik Iran tahun lalu. Demikian menurut laporan harian AS, The New York Times.


Obama mempercepat serangan tersebut -yang diberi nama "Olympic Games- yang sudah dimulai sejak pemerintahan Presiden Bush walau kemudian virus Stuxnet tersebut keluar dari fasilitas Iran dan menyebabkan kekacauan di berbagai jaringan internet di seluruh dunia.

Fasilitas nuklir Iran ini terkena sejumlah serangan dan selama beberapa minggu kemudian, sekitar 1.000 dari 5.000 centrifuges yang digunakan Iran untuk memperkaya uranium tidak bisa digunakan. Setelah menyerang fasilitas tersebut, virus ini menyebar ke ratusan ribu komputer di seluruh dunia, termasuk di Australia.

Menurut koran AS ini, Obama ditanya apakah Amerika Serikat harus "menghentikan serangan" dalam pertemuan dengan Direktur CIA Leon E Panetta dan Wakil Presiden Joe Biden. Meskipun dampak serangan terhadap fasilitas Iran tersebut kecil sementara dampak di tempat lain lebih besar, diputuskan agar serangan tetap dilanjutkan.

Menurut laporan, ini merupakan pertama kalinya Amerika Serikat menggunakan internet untuk melakukan perang siber, dan bukannya senjata militer. Obama baru disebutkan sebagai sumber virus tersebut setelah sejumlah pejabat yang tidak disebutkan namanya dari Amerika Serikat, Israel, dan Eropa mengakui adanya serangan ini. Para ahli komputer termasuk dari perusaaan antivirus Symantec dilaporkan terlibat dalam usaha menjinakkan virus yang besarnya 50 kali dari virus komputer biasa. Mereka tidak berhasil mengetahui sumber virus.

Sementara itu, para ahli juga sedang menyelidiki sumber virus yang hampir sama seperti Stuxnet- yaitu Flame yang juga dilepaskan untuk menyerang komputer para pejabat Iran namun kemudian menyebar ke seluruh dunia.

New York, AS - Stuxnet, virus komputer perkasa yang menghebohkan pada 2010 disinyalir adalah senjata cyber hasil kolaborasi Amerika Serikat (AS) dan Israel yang sengaja dirancang untuk melumpuhkan fasilitas nuklir Iran. Demikian hasil investigasi New York Times.



Mengutip narasumber yang tidak disebutkan namanya, New York Timesmembeberkan bahwa Stuxnet adalah upaya serangan cyber yang dikenal dengan kode "Olympic Games" di kalangan pejabat intelijen AS, dimulai sejak pemerintahan George W Bush dan diteruskan setelah Barack Obama.


Lebih jauh lagi, laporan New York Times yang dilansir PC Mag, Senin (4/6/2012) ini juga mengatakan bahwa Stuxnet sebenarnya ditujukan hanya untuk menyerang fasilitas nuklir Natanz di Iran. Namun karena kecerobohan, virus komputer tersebut menyebar di web secara global.


"Olympic Games dimulai pada 2006 yakni ketika Iran memulai kembali program pengayaan uranium mereka di Natanz. Pemerintahan Bush menginginkan adanya aksi militer. Setelah melakukan upaya penyusupan ke sistem komputer Natanz, para pejabat AS bekerja sama dengan unit rahasia Israel melepaskan virus Stuxnet," demikian isi laporan New York Times.


Serangan cyber saat ini, apalagi jika diarahkan ke fasilitas vital seperti Stuxnet memang ditengarai memiliki muatan politik terkait dengan kebijakan negara tersebut. Selain Stuxnet, ada juga malware Duqu dan Flame yang juga menyerang fasilitas penting di Iran.


Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest tidak bersedia memberikan komentar spesifik mengenai laporan ini. Ia hanya mengatakan bahwa membocorkan data spesifik bisa berisiko bagi keamanan nasional. Sebaliknya, Earnest fokus menjelaskan pendekatan yang dilakukan Presiden AS Barack Obama saat ini terhadap Iran.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar